Kebakaran hutan dan lahan pada bulan September kemarin membuat kawasan Gunung Bromo berubah dari hamparan padang savana menjadi hangus terbakar. Penyebab kebakaran diduga akibat penggunaan flare untuk kebutuhan foto pre wedding. Lebih dari 500 hektar lahan di kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru habis dimakan api. Hal ini sangat disayangkan karena TNBTS mempunyai ekosistem yang unik berupa ekosistem padang savana dan gurun. Disana juga dihuni oleh pepohonan berusia ratusan tahun seperti cemara gunung (Casuarina junghuhniana), edelweis (Leontopodium nivale), conifer (Dacrycarpus imbricatus), akasia (Acacia), centigi (Vaccinium varingiafolium)berbagai jenis anggrek dan tumbuhan langka lainnya. Selain itu juga terdapat kurang lebih 38 satwa liar yang dilindungi mencakup spesies burung, mamalia, reptile, dan serangga. Contohnya elang jawa (Nisaetus bartelsi), macan tutul (Panthera pardus melas), dan lutung jawa (Trachypithecus auratus).
Peristiwa ini menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan satwa dan ekosistem. Spesies hewan yang muda dan kecil beresiko tinggi untuk punah. Selain itu disebabkan oleh hilangnya tumbuhan sebagai sumber pakan hewan herbivore membuat hewan ini kehilangan sumber makanannya dan bukan tidak mungkin mereka tidak mampu bertahan dalam waktu jangka panjang. Spesies hewan karnivora juga tidak mampu bertahan hidup apabila tidak ada spesies hewan yang menjadi makanannya. Menurut ahli, peristiwa kebakaran hutan juga memicu perubahan pada mikroba dan jamur serta aliran air pada sungai mengalami perubahan kandungan kimia yang berpengaruh pada kehidupan makhluk hidup pada perairan.
Namun ada hal yang perlu dicermati pasca kebakaran hutan. Menurut para ahli, selain dampak negatif, kebakaran hutan sendiri juga memberikan dampak positif pada lingkungan terutama kondisi tanah. Dalam jangka pendek, kebakaran hutan menghancurkan bahan organik tanah yang berpengaruh positif terhadap peningkatan ketersediaan zat hara. Kebakaran hutan mampu meningkatkan pH tanah, meningkatkan unsur N-NH4+ dan NO3-, fosfor, natrium, kalium, magnesium, menurunkan KTK(Kapasitas Tukar Kation), dan kalsium. Peningkatan zat hara akan membuat kondisi tanah kembali subur dan pembentukan ekosistem dapat terjadi lagi.
Baca juga: Nafsu Makan Hilang atau Meningkat ketika Stress? Ini Penjelasannya
Sumber:
Firmansyah, M. A., & Subowo, G. (2012). Dampak kebakaran lahan terhadap kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah serta alternatif penanggulangan dan pemanfaatannya.
Sherly. (2023). Butuh Waktu Lama Pulihkan Ekosistem di Kawasan Gunung Bromo Pasca Kebakaran Hutan dan Lahan. Diakses pada 28 November 2023. https://www.ui.ac.id/butuh-waktu-lama-pulihkan-ekosistem-di-kawasan-gunung-bromo-pasca-kebakaran-hutan-dan-lahan/
Comments
Post a Comment